Di rumah, ada sudut-sudut yang terasa sepi walau ada furniture lengkap. Gue percaya dekor ruangan bukan sekadar hiasan, tapi cerita yang bisa kita bentuk sendiri. Proyek DIY kerajinan tangan jadi cara paling dekat untuk meresapi ruangan: dari menata ulang rak buku hingga membuat lampu dari botol bekas. Dan yang paling seru, kita bisa menyesuaikan semuanya dengan selera pribadi tanpa perlu menunggu diskon besar di toko mebel. Ini seperti revolusi kecil yang bisa dimulai dari barang-barang sederhana di rumah.
Ide dekor rumah buat gue selalu bermula dari hal-hal kecil: sisa kain, kardus bekas, atau kayu palet yang tadinya tercebur di pojokan gudang. Kuncinya: mulai dari apa yang ada, lalu tambahkan satu elemen personal yang membuat ruangan terasa hidup. Gue sering menatap sudut rumah dan bertanya: “Kalau aku ubah warna dinding jadi krem hangat, ruangan ini bakal terasa lebih hangat gak ya?” Ternyata jawabannya ada di diri kita sendiri. Untuk memulai, gue kadang browsing inspo dan bahan di piecebypieceshop untuk melihat potongan kayu bekas, kain, dan aksesori yang bisa jadi bibit proyek berikutnya.
Beberapa ide nyata yang mudah direalisasikan: dinding gallery dari potongan kain bekas, botol kaca yang diubah jadi lampu meja, atau rak buku dari palet yang diolah. Bahkan balkon kecil bisa “dijahit” ulang dengan planter hitam putih dan lampu string. Kuncinya: memetakan palet warna, misalnya warna natural seperti krem, abu-abu tua, dan aksen kehijauan, lalu menyesuaikan dengan furnitur yang sudah ada. Ide-ide ini ramah kantong dan tidak memerlukan waktu lama jika kita fokus pada satu proyek inti, bukan semua hal dalam satu minggu. Gue suka menguji satu proyek dulu, biar hasilnya terasa nyata dan bukan sekadar konsep di Pinterest.
Opini: Mengapa proyek DIY kerajinan tangan mengubah cara kita melihat ruang
JuJur aja, gue percaya proyek DIY itu lebih dari sekadar dekorasi. Ini soal hubungan kita dengan barang-barang yang kita punya. Ketika kita merakit sendiri meja kecil dari kayu daur ulang, kita bukan cuma menambah fungsi ruangan, tapi juga menambahkan cerita. Setiap goresan cat, setiap sambungan yang rapat, seolah-olah kita memberi ruang rumah hakikatnya: ruang yang bisa disesuaikan, diperbaiki, dan diisi dengan kenangan. Gue pernah bikin rak dari palet bekas yang tadinya cuma menambah pola di lantai, dan justru itu jadi cerita tentang hari-hari yang kita habiskan di rumah. Proyek semacam itu membuat kita lebih menghargai proses, bukan hanya hasil akhir. Gue sempet mikir kalau membeli furnitur baru lebih hemat waktu, tapi kenyataannya, porsi waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan projek DIY memberi kita pelajaran tentang kesabaran, perencanaan, dan bagaimana memilih material yang tepat. JuJur aja, hal-hal kecil seperti memilih cat dengan kilau matte bisa mengubah mood ruangan secara dramatis. Dan kalau suatu saat ruangan terasa terlalu monoton, kita bisa mengubah satu elemen—misalnya menambah bantal berbahan linen—tanpa perlu mengganti furniture besar.
Proyek DIY juga merangsang kreativitas keluarga. Anak-anak mungkin tidak selalu sabar menunggu lem kering, tapi mereka bisa terlibat dalam menggambar pola pada pot, atau memilih warna cat untuk bingkai foto. Aktivitas seperti ini mengubah dekorasi rumah menjadi pengalaman bersama, bukan proyek individual yang menumpuk di pojok ruangan. Lalu soal kualitas: tidak semua proyek berjalan mulus. Ada kalanya cat menetes, amplas membuat serpihan halus di lantai, atau kabel lampu terlalu pendek. Tapi di situlah kita belajar; kita bisa memperbaikinya, menggali solusi, dan akhirnya merapikan ruangan dengan tangan sendiri. Kecil, tapi terasa berat bagi hati yang lelah setelah seharian kerja. Itulah keindahan dekor rumah DIY: ia menjadi jembatan antara keinginan dan kenyataan, antara imajinasi dan praktik.
Kalau kau mencari referensi praktis, ingatlah bahwa aksesori kecil bisa membuat perbedaan besar. Tempelkan stiker pada bingkai, tambahkan karpet berbulu tipis untuk menghangatkan lantai, atau simpan buku favorit di tempat yang mudah terlihat. Hal-hal semacam ini membuat ruang terasa ramah tanpa perlu renovasi besar. Dan jika ingin lebih tahan lama, pilih material yang tahan lama dan mudah dirawat. Dekor rumah sebetulnya adalah percakapan antara kita, furnitur, dan cahaya. Setiap kali kita memikirkan proyek baru, kita menanyakan kepada diri sendiri: “Apa cerita yang ingin kubawa pulang ke rumah hari ini?”
Sisi lucu dari proyek DIY yang bikin ruangan hidup
Ngomong-ngomong soal cerita lucu, proses DIY tak selalu mulus. Gue sempet mikir bahwa mewarnai dinding putih dengan satu lapis cat saja sudah cukup, ternyata butuh tiga lapis, plus primer, biar halus. Ada kalanya alat kita memilih berunding: kuas tak mau bekerja di bagian pojok, sedangkan roller terlalu suka menetes. Dan kucing rumah kita? Dia jadi model misterius yang “menilai” setiap hasil karya dengan mengibas-ngibas ekor di atas karya kita. Gue sempet nyoba membuat lampu gantung dari botol kaca bekas, hasil akhirnya seperti karya seni yang tergantung di gudang tua, bukan di ruang utama. Tapi justru di situ kita belajar: dekor bisa gagal, tapi tetap lucu. Ketika tamu datang dan memuji “rasa rustic”-nya, kita bisa tertawa dan melanjutkan proyek lain. Nggak ada yang salah dengan warna yang tidak sempurna: itu bagian dari karakter ruangan. Lagipula, kalau semua proyek berjalan mulus, kita tidak punya cerita untuk diceritakan nanti ke teman-teman. Dan itu bagian dari keseruan: setiap proyek membawa kejutan, kadang yang paling sederhana memberi dampak paling besar.
Kalau kamu sedang mencari inspirasi untuk memulai, mulailah dengan satu elemen yang bisa kamu atur sendiri. Batu loncatan kecil seperti bingkai foto dicat ulang atau pot tanaman yang dihias kain bekas bisa menjadi permulaan yang menyenangkan. Dan seperti yang gue bilang di awal, dekor rumah memang soal cerita. Tidak perlu semuanya selesai sekarang juga; biarkan ruang tumbuh bersamaan dengan kita. Berhenti mengejar sempurna, mulailah dengan personalisasi. Akhirnya, ruangan yang kita bangun akan terasa seperti rumah yang kita cintai: tempat kita bisa bernapas, berkata jujur pada diri sendiri, dan menata hidup kita—dalam bentuk dekor yang kita buat sendiri.